Edisi Lagi Ingat Tuhan

source : google
source : google

Kini, saya rindu suara azan.

Memang benar orang bijak berkata. Sesuatu itu baru sangat berarti atau bernilai jika sudah jauh dari genggaman, penglihatan atau pendengaran.

Azan yang seringkali, saya sengaja, abaikan atau dengarkan sambil lalu setiap harinya. Pagi hari pun, saya lebih senang menarik selimut untuk meneruskan tidur dan menunda shalat subuh. Siang atau sore hari, beralasan sibuk kerja, saya abaikan suara azan. Petang hari, saatnya azan magrib, saya lebih senang mengganti saluran televisi yang menayangkan azan. Malam hari, saatnya isya, saya pun kembali mengabaikan suara merdu yang mengajak bertemu dengan Sang Khalik.

Saya hanya rajin (tiba-tiba rajin) mendengar-menyimak azan hanya pada bulan Ramadhan. Itupun hanya azan Subuh yang menandakan saatnya memulai puasa setelah masanya imsyak. Atau, azan Magrib saatnya saya membatalkan puasa. Sungguh, hanya pada bulan Ramadhan, azan itu sangat berarti buat saya.

Namun, setelah semuanya tiada—sulit kudengar lagi—saya baru menyadarinya, betapa saya merindukan suara azan tersebut. Hanya orang tertentu yang mampu mengalunkan azan dengan baik dan benar sehingga merdu terdengar.

Akhirnya, saya pun mendapatkannya saat siang hari sekitar jam 11.30 siang waktu Stockholm atau jam 6-an sore waktu Jakarta melalui saluran televisi internet. Suara azan yang dialunkan oleh stasiun tv tersebut memanggil masyarakan Jakarta dan sekitarnya untuk shalat magrib, tetapi bagi saya itu pertanda panggilan zuhur telah tiba.

Bahkan, saking rindunya suara azan, bulan Ramadhan 2011 lalu, saya bela-belain pergi ke Istanbul-Turki. Betapa harunya hati ini menyimak kembali suara tersebut lamat-lamat. Ternyata, begitu indahnya. Tentu jika saya mendengarkannya dengan hati, bukan hanya telinga.

Itulah, sesuatu menjadi sangat bernilai tinggi jika sudah terlepas dari genggaman.

Maha Besar dan Benar Allah swt. Suara azan mampu menenangkan hati, pikiran dan tubuh sejenak karena saatnya melakukan olah gerak tubuh dengan konsentrasi penuh saat bercakap-cakap dengan MU.

Jika saya mampu meluangkan waktu berjam-jam untuk mendengarkan suara musik indah ciptaan manusia, mengapa saya tidak mampu dan mau meluangkan waktu sejenak—kurang dari 10 menit—untuk mendengarkan alunan suara untuk bertemu dengan MU yang dilanjutkan dengan doa.

Azan adalah sesuatu banget buat saya

Leave a comment